1.
Judul
: Membuat Puding sebagai salah satu jenis koloid
2.
Tujuan
percobaan:
2.1. Untuk
mengenal jenis-jenis koloid
2.2. Untuk
mengetahui cara pembuatan salah satu jenis koloid yaitu puding
2.3. Untuk
mengetahui koloid-koloid dalam kehidupan sehar-hari
2.4. Untuk mengetahui puding termasuk koloid berjenis apa
3.
Pelaksanaan percobaan
Minggu
23 Februari 2014
4.
Alat dan bahan
4.1. Alat
:
-
Kompor
-
Panci
-
Cetakan/loyang
puding
4.2. Bahan:
a. Bahan A:
- 3 bungkus
agar-agar putih
-
300 gram gula
putih
-
750 cc susu
murni
-
4 butir telur
-
Pewarna makanan
warna merah secukupnya
b. Bahan B:
- 1 Bungkus agar-agar putih
- 100 gram gula
pasir
- 400 cc susu
murni
- 1 bungkus agar-agar putih
- 100 gram gula
putih
- 400 cc air
5.
Landasan teori
5.1. Pengertian
Koloid
Koloid
adalah materi yang mempunyai ukuran partikel 1 – 1000 nm, yang mana pada ukuran
tersebut partikel dapat melewati kertas saring tetapi tidak dapat melewati
membran hewan atau tumbuhan
5.2. Pengelompokan
Koloid
SistemKoloid
|
FasaTerdispersi
|
FasaPendispersi
|
Contoh
|
Busa
|
gas
|
cair
|
buihsabun, ombak, minumanbersoda
|
BusaPadat
|
gas
|
padat
|
batuapung, karetbusa, biskut, kerupuk
|
Aerosol
|
cair
|
gas
|
kabut, hairspray, obatsemprot
|
Emulsi
|
cair
|
cair
|
susu, santan, minyakikan
|
Gel
|
cair
|
padat
|
keju, mentega, selai, agar-agar, lateks,
mutiara, semirpadat, lempadat
|
Aerosol Padat
|
padat
|
gas
|
asap, debu, buanganknalpot
|
Sol
|
padat
|
cair
|
kanji, cat, tinta, putihtelur, protoplasma,
air lumpur, semircair, lemcair
|
5.3. Sifat-sifat Koloid
a.
Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke
segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan
koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat
menjelaskan buramnya dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus
cahaya, namun jika keduanya dicampur akan menghasilkan koloid yang nampak
seperti susu)
b.
Gerak Brown
Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak dan lurus tapi tidak menentu, hal ini diakibatkan tabrakan dengan
medium pendispersinya.
c.
Absorpsi
Ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel
Catatan: absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang terjadi di dalam
suatu partikel
d.
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispesi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
e.
Muatan Koloid dan
Elektroforesis
Muatan
Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena
partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika
ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan
positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda
negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi
lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
f.
Koloid Liofil dan
Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang
mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh:
agar-agar.
-Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak
mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas
dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari
elektrolit.
g.
Emulasi
Emulasi adalah koloid cairan dalam medium
cair. Agar larutan koloid
stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat agar koloid
stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di
dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h.
Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus
dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang
dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut
koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat
digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang
membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak
dan air.
5.4.
Pembuatan
Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Reaksi
Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan
larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid
dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) +
HCl
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam
laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O
+ As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96%
ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2.
Cara
Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid,
pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat,
dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk
koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian
didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1)
pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan
belerang menjadi sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol
Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
4. Cara Ultrasonik
yaitu
penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
5.5. Pemurnian
Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu
menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara
dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja
dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau
kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam
bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari
kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses
dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil
metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila
seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah”
dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan
penyaring ultra.
5.6.
Struktur
dan Karakteristik Gel
Agar-agar
sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding
sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang
tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan
diperjualbelikan.
Gel
terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air
bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling
merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air,
sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam
elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat
perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat
untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media
dalam kultur jaringan.
5.7.
Histeresis
Gel
Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar
dan sejumlah bahan gel lainnya, yang berhubungan dengan suhu transisi fase
padat-cair. Agar-agar mulai mencair pada suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu
32-40 °C. Jadi tidak seperti air yang memadat dan mencair pada titik suhu yang
sama.
5.8.
Gel
Apabila
dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti gelatin:
padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'.
Sifat ini menarik secara indrawi sehingga banyak olahan makanan melibatkan
agar-agar: pengental sup, puding (jelly), campuran es krim, anmitsu (di
Jepang), agar-agar dikenal luas di daerah Asia Tropika sebagai makanan sehat
karena mengandung serat (fiber) lunak yang tinggi dan kalori yang rendah.
Kandungan serat lunak yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa
makanan di usus (laksatif).
Selain
digunakan sebagai makanan, agar-agar juga digunakan secara luas di laboratorium
sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan
tumbuhan dan biakan mikroba, dan juga sebagai fase diam dalam elektroforesis
gel. Di laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal
sebagai agar atau agarosa saja.
6.
Cara Pembuatan
-
Menyiapkan
loyang panjang/piramid yang telah dibasahi
-
Memasak bahan A,
B, dan C terkecuali putih telor.
-
Setelah bahan A
dimasak sampai mendidih, lalu memasukkan ke dalam kocokan putih telur sambil
dikocok terus menerus sampai rata dan berwarna merah
-
Memasukkan
adonan ke cetakan/loyang 2/3 nya. Karena 1/3 nya untuk bahan B dan C
-
Menyiram adonan
B diatas adonan A
-
Menyiram lagi
adonan C diatas adonan B dan A
-
Mendiamkan 3
adonan tersebut
7.
Data hasil pengamatan
Ternyata
setelah didiamkan, 3 bahan tersebut menyatu dan membentuk agar-agar berbentuk
semangka. Padahal sebelumnya 3 bahan tersebut masih mencair dan masih berpisah
satu sama lain.
8.
Diskusi hasil
pengamatan
-
Puding merupakan
salah satu jenis koloid padat-cair (gel)
9.
Kesimpulan
Gel terbentuk karena
pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika
didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan
membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk
sistem koloid padat-cair. Puding
merupakan salah satu contoh jenis koloid gel.
DAFTAR
PUSTAKA








